BUDAYA ORGANISASI DAN
PERUSAHAAN
ETIKA BISNIS
TUGAS SOFTKILL
Disusun
Oleh:
Dewi
Ratnasari 11216906
Muhammad
Hafidz 14216883
Konita
Chitra Yolanda 13216922
M.
Lutfi Hakim 14216180
Rani
Setiani 16216081
Reynaldi.
A 19214135
Kelas:
3EA25
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS
GUADDARMA
2019
a. PENGERTIAN
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi
oleh organisasi.
a. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI
Penelitian
menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan,
merupakan hakikat budaya organisasi:
1. Inovasi dan
keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap
inovatif dan berani mengambil risiko.
2. Perhatian
pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi
hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi
orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari
hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
5. Orientasi
tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada
indvidu-individu.
6. Keagresifan.
Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas.
Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo
dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
b.
FUNGSI
BUDAYA ORGANISASI
Robbins (1996:289) mengatakan bahwa budaya organisasi
memiliki fungsi sebagai berikut :
1.
Budaya mempunyai suatu peran tapal batas, artinya budaya menciptakan
perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
2.
Budaya berfungsi untuk menyampaikan rasa identitas kepada
anggota-anggota organisasi.
3.
Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai
batasan yang lebih luas, melebihi batasan ketertarikan individu.
4.
Budaya mendorong stabilitas sistem sosial budaya dan
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh
para karyawan.
5.
Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa, mekanisme pembuatan
makna dan pengendalian yang memberikan panduan dan bentuk perilaku serta
sikap karyawan.
Dari berbagai fungsi diatas tersebut dapat dipahami bahwa
budaya organisasi dapat menjadi suatu kekuatan untuk meningkatkan kinerja
apabila tercipta pemahaman dan penerapan yang baik diantara para anggotanya
atau bahkan menjadi sumber kelemahan organisasi yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan adanya pengakaran nilai-nilai budaya dalam tiap-tiap anggota dimana
budaya yang telah disepakati bersama sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
situasi yang dihadapi oleh anggota organisasi sehingga perubahan yang
sesungguhnya harus terjadi, tidak dapat dilakukan. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Siagian (1995:235) bahwa :
Budaya organisasi dapat menjadi kekuatan yang ampuh apabila
budaya tersebut konsisten dengan strategi organisasi yang menjadi pendorong
yang tangguh bagi terjadinya implementasi strategi tersebut. Terutama apabila
strategi baru dimaksudkan untuk menghadapi berbagai kondisi yang tidak
menguntungkan, seperti perubahan lingkungan yang drastis atau penuh dengan
gejolak.
c. PEDOMAN PERILAKU
Pedoman
Etika Perusahaan merupakan acuan dalam melakukan interaksi di antara manajemen,
pegawai serta para pemangku kepentingan (stakeholder) sesuai dengan nilai dan
budaya perusahaan dan prinsip-prinsip GCG.
Penerapan
Code of Conduct merupakan bagian terpenting dalam implementasi tata Kelola
Perusahaan yang sehat serta penguatan nilai dan budaya yang dimiliki perusahaan.
Indonesia Power telah memiliki Pedoman Etika Perusahaan sejak tahun 2002.
Dokumen tersebut telah ditinjau dan dimutakhirkan secara berkala pada tahun
2010, 2012 dan 2016. Code of Conduct yang berlaku saat ini ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi No. 247.K/010
/IP/2016 dan No.17.SK/DEKOM-IP/2016 tanggal 20 Desember 2016.
Pedoman
Etika Perusahaan ini mengatur mengenai apa yang patut dan tidak patut, baik dan
tidak baik, hal-hal yang terpuji dan yang tercela, serta hal-hal yang dihargai
dan tidak dihargai yang dilakukann oleh pegawai IP dalam relasinya dengan
semua stakeholder perusahaan
Pegawai
Indonesia Power adalah orang-orang yang cerdas dan bertanggung jawab.
Sebagai orang yang cerdas dan bertanggung jawab, maka Pegawai Indonesia Power
Sanggup mentaati serta melaksanakan Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan
yang ditetapkan Perusahaan. Sebagai wujud kepatuhan dan komitmen
menjalankan Etika Bisnis dan Etika Kerja, setiap Pegawai Indonesia Power
Diwajibkan untuk menandatangani Pakta Integritas yaitu Pernyataan Kepatuhan dan
Komitmen Pada Etika Bisnis dan Etika Kerja yang wajib diperbaharui setiap
tahun.
Pola
berpikir dan bertindak yang sesuai dengan Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan menjadikan Pegawai Indonesia Power selalu menjaga harkat dan
martabat serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak
citra diri dan reputasi Perusahaan.
d.
APRESIASI
BUDAYA
Istilah
apresiasi berasal dari bahasa inggris “apresiation” yang
berarti penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja ”
ti appreciate” yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia
menjadi mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah kesanggupan untuk menerima dan
memberikan penghargaan, penilaian, pengertian terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
e.
HUBUNGAN BUDAYA DAN ETIKA
Hubungan budaya dan etika dan kebudayaan
itu tidak dapat kisah pisahkan. kedua nya saling melekat dan saling melengkapi
satu dengan yang lainnya. Karena ketika suatu komunitas itu menciptakan batasan
dan aturan-aturan dalam etika tentu lah berdasarkan dari kebiasaan dan juga
hukum yang berlaku di tempat tersebut. Karena terkadang suatu etika itu tidak
lah berlaku sepanjang masa, tekadang terjadi pelapukan dan pemudaran
nilai-nilai etika.
Nah, untuk membentuk ataupu membaut
abatasan-batasan etika yang baru diperlukanlah kebudayaan.karena kebudayaan itu
merupakan kebiasaaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu komunitas tertentu.Nah
disinilah keterkaitan kebudayaan.karena Ukuran etis, patut dan tidak patut,
layak dan tidak layak, nistaatau mulia, memalukan atau tidak perlu dianggap
malu, semuanya merupakan bagiandari unsur-unsur kebudayaan.
Dan itu semua merupakan syarat untuk
menciptakan etika. Bagi manusia yang berbudaya, yang menjaga tata aturan hidup
dari urusan sopan dan tik sopan, layak dan tidak layak, maka perkara malu dan
tidak malu, pantas dan tidak pantas, nista atau mulia, merupakan perkara
penting dan sensitif, dan dijagadengan baik agar segenap tingkah lakunya tak
tercemar dari sudut etika tadi. Maka dari itu, jelaslah bahwa manusia itu
membutuhkan kebudayaan dan juga aturan-aturan etika agar bisa mengikuti
perkembangan zaman.Maka agar kebutuhan itu terpenuhi kita harus kreatif mencipta.
Mungkin mencipta etika, hanya sebagian, mungkin mencipta kebudayaan secara
keseluruhan.
f.
HUBUNGAN ETIKA BISNIS DENGAN BUDAYA
PERUSAHAAN
Etika pada dasarnya adalah standar atau
moral yang menyangkut benar atau salah, baik atau buruk. Dalam kerangka konsep
etika bisnis terdapat berbagai pengertian tentang etika perusahaan, etika
kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara
perusahaan, karyawan, dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan
perusahaan dengan karyawan yang sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya.
Etika kerja berkaitan dengan antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika
perorangan mengukur hubungan antarkaryawan.
Pelaku etis yang telah berkembang dalam
perusahaan menimbulkan situasi saling percaya antara perusahaan dan stakeholder,
yang memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku
etis akan mencegah pelanggan, pegawai, dan pemasok bertindak oportunis, serta
timbulnya saling percaya. Budaya perusahaan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan
merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya
dapat mendorong terciptanya perilaku yang etis, dan sebaliknya dapat pula
mendorong perilaku yang tidak etis. Kebijakan perusahaan untuk memberikan
perhatian yang serius pada etika perusahaan dan memberikan citra bahwa
manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan.
Kebijakan perusahaan biasanya secara fomal
didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of Conduct). Di tengah iklim
keterbukaan dan globalisasi yang membawa keragaman budaya, kode etik memiliki
peranan yang sangat penting sebagai buffer dalam interaksi
intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan, dan agama. Sebagai persemaian
untuk menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam perusahaan.
Iklim etika tersebut tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan
pengertian tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia mekanisme yang
memungkinkan permasalahan mengenai etika dapat diatasi. Terdapat tiga faktor
utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan, yaitu:
1. Terciptanya
budaya perusahaan secara baik
2. Terbangunnya
suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization)
3. Terbentuknya
manajemen hubungan antarpegawai (employee relationship management)
Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya
interaksi beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor
kepentingan diri sendiri
2. Faktor keuntungan
perusahaan
3. Faktor
pelaksanaan efisiensi
4. Faktor
kepentingan kelompok
Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan
waktu, biaya, dan ketekunan manajemen. Dalam iklim etika, kepentingan
stakeholderterakomodasi secara baik karena dilandasi dengan rasa saling
percaya.
g. PENGARUH
ETIKA TERHADAP BUDAYA
Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu
kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku antar individu
maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang akan
berpengaruh terhadap budaya perusahaan.
Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam
budayau perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan
akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika
seseorang dari tingkatan manajer terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan
keputusan. Kemampuan seorang profesional
untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam profesinya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia
berada. Budaya perusahaan memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi
lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.
Kendala
Mewujudkan Kinerja Bisnis
1. Mentalitas
para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah, sehingga
berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya
banyak bergantung pada kinerja top management, karena kepatuhan pada aturan itu
berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah.
2. Faktor
budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi
yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari untung.
Bisnis merupakan pekerjaan yang kotor. Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa
masyarakat kita memiliki persepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
3. Faktor
sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga
menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat
terlihat dalam bentuk KKN.
REFERENSI :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi
http://mutiaisnaeni.blogspot.com/2015/10/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis.html
https://dinnabilahsary.wordpress.com/2016/11/22/pengaruh-etika-bisnis-terhadap-budaya-organisasi/